Selasa, 27 Maret 2012

PERSIAPAN DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH


Mendekati semester 6 adalah saat-saat yang mendebarkan bagi sebagian besar mahasiswa-mahasiswi Universitas Gunadarma. Bagaimana tidak, pada semester ini mahasiswa dan mahasiswi Universitas Gunadarma dituntut untuk menyusun sebuah Penulisan Ilmiah sebagai persyaratan kelulusan jenjang D3.

Penulisan Ilmiah adalah tugas wajib yang harus diselesaikan oleh setiap mahasiswa/mahasiswi. Dan mengerjakannya, bukanlah hal yang mudah. Disamping dari isi Penulisan Ilmiah yang memang harus original, tata cara penulisan dalam Bahasa Indonesia juga harus diperhatikan. Tidak sedikit mahasiswa/mahasiswi yang tersandung masalah dalam kaidah penulisan ilmiah dalam bahasa indonesia, yang sering kali mereka sepelekan.

Saat ini, saya termasuk mahasiswa yang dihadapkan pada semester ke-6, yang artinya tidak lama lagi saya juga harus memenuhi kewajiban saya untuk segera menyusun Penulisan Ilmiah. Dan sebelum memasuki materi penulisan yang sesungguhnya, ada baiknya terlebih dahulu mengkaji kaidah-kaidah penulisan ilmiah.

Berikut ini adalah materi referensi untuk penulisan ilmiah yang saya temukan di internet. Ditulis oleh Suwardi Lubis untuk Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Tehnik Penulisan Ilmiah Populer


Pendahuluan


Istilah karya ilmiah digunakan untuk sebuah tulisan yang mendalam sebagai hasil mengkaji dengan metode ilmiah. Dalam hal ini bukan berarti bahwa tulisan itu selalu berupa hasil penelitian ilmiah. Sebagai contoh tulisan yang berupa petunjuk teknik atau bahkan cerita pengalaman nyata dan pengalaman biasa, yang bukan hasil penelitian ilmiah tetapi disajikan dalam bentuk yang mendalam sebagai hasil ilmiah. Itulah sebabnya tulisan tentang bagaimana bercocok tanam jagung, pemeliharaan ikan bandeng, proses pembuatan es, dapat disajikan secara ilmiah.

Sedangkan istilah tulisan ( karya tulis) dimasukkan, untuk menyatakan karangan yang disusun berdasarkan ide penulisnya yang diperkuat oleh data serta pernyataan dan gagasan orang lain. Itulah sebabnya kita mengenal istilah penulis. Dalam hal ini harus dibedakan antara penulis dengan pengarang. Penulis di samping mengungkapkan ide yang terkandung di dalam dirinya, dapat juga ide tersebut didukung oleh gagasan dan pernyataan orang lain, bahkan kadang-kadang penulis hanya mengkombinasikan pendapat dari banyak orang, serta didukung oleh informasi yang diolah dalam bentuk baru dan utuh.
Ciri khas sebuah karya tulis yang disusun berdasarkan metode ilmiah ialah keobyektifan pandangan yang dikemukakan, dan kedalaman makna yang disajikan. Keobyektifan dan kedalaman, dua hal yang senantiasa diusahakan agar tulisan dapat dirasakan ilmiah. Sedangkan pengarang semata-mata mengungkapkan pernyataan dan pendapat berdasar ide yang mencuat dari dalam dirinya, tanpa didukung oleh data dan informasi yang jelas.

Sebuah tulisan akan dirasakan ilmiah apabila tulisan itu mengandung kebenaran secara obyektif, karena didukung oleh informasi yang sudah teruji kebenarannya (dengan data pengamatan yang tidak subyektif) dan disajikan secara mendalam, berkat penalaran dan analisa yang mampu menukik ke dasar masalah. Tulisan ilmiah akan kehilangan keilmiahannya apabila yang dikemukakan ilmu (teori dan fakta) pengetahuan saja yang sudah diketahui oleh umum dan berulang kali dikemukakan.

Penulisan ilmiah menuntut adanya keterampilan khusus dari penulisannya, karena di samping harus mengumpulkan data, menganalisa data, dengan menggunakan metode ilmiah juga menyajikan dalam bentuk tulisan. Bahasa dalam karya ilmiah dituntut lugas/harfiah makna kata-katanya. Atau boleh dikatakan pembaca tidak menafsirkan arti kata-katanya satu persatu. Itulah sebabnya tulisan ilmiah mengandung makna denotataif.


Macam-Macam Penulisan IImiah


Hasil dari suatu penelitian dpat ditulis dalam berbagai bentuk tulisan ilmiah seperti karya tulis, paper, report, skripsi atau tesis, desertasi, dan sebagainya.

Karyatulis ialah karya ilmiah yang disusun siswa Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMTA) untuk melengkapi syarat-syarat mengikuti Evaluasi Belajar Tahap akhir (EBTA). Karyatulis harus bersifat pemecahan persoalan dari suatu tema, sehingga kesimpulan-kesimpulan karyatulis memberi sumbangan yang nyata bagi perkembangan hasil pengolahan mengenai suatu hal dengan mempergunakan metode-metode ilmiah. Karyatulis harus bertemakan persoalan dalam lingkungan jurusan siswa yang bersangkutan.

Paper ialah hasil penelitian ilmiah yang ditulis oleh seseorang sebagai bahan pertanggungjawaban yang dibebankan kepadanya. Kadang-kadang seorang mahasiswa menyusun paper untuk dipertanggungjawabkan kepada dosennya kalau ia ingin lulus dari sesuatu mata kuliah tertentu. Begitu pula kadang-kadang seorang pejabat atau seorang ahli diminta membuat paper untuk bahan seminar atau simposium, kalau ia ditunjuk sebagai pemasaran atau pembahas utama.

Report atau laporan, juga merupakan karya tulis dari hasil suatu tugas atau penelitian, yang harus diserahkan pada suatu instansi. Berbeda dengan paper biasanya report kalau sudah diserahkan tidak lagi dipertanggungjawabkan. Khusus bagi lingkungan perguruan tinggi report ini biasanya diminta dari hasil kerja mahasiswa sesuai dengan profesi atau spesialisasinya masing-masing.

Skripsi dan tesis sebenarnya sama, hanya istilahnya saja yang berbeda. Tetapi ada beberapa pihak yang sengaja membedakan antara skripsi dengan tesis, dengan alasan isi dan mutu tesis harus lebih baik daripada skripsi. Oleh sebab itu skripsi dianggap sebagai tulisan ilmiah yang merupakan bagian dari syarat-syarat untuk meraih gelar sarjana muda, dari suatu perguruan tinggi.

Sedangkan tesis dianggap sebagai tulisan ilmiah yang merupakan bagian dari syarat-syarat ujian untuk mencapai gelar sarjana lengkap, dari suatu perguruan tinggi buah skripsi hendaknya mahasiswa bahwa melaksanakan penelitian empiris, dan untuk menyusun tesis hendaknya mahasiswa mengadakan penelitian yang bersifat studi eksperimental. Analisa statistik akhir-akhir ini juga sering digunakan baik pada skripsi maupun pada tesis.

Desertasi yaitu suatu tulisan ilmiah yang biasaya dipergunakan oleh seseorang untuk memperoleh gelar doktor dalam suatu cabang ilmu pengetahuan. Desertasi ini biasanya dipertahankan oleh penyusun promovendus di depan para guru besar dari suatu lingkungan perguruan tinggi. Dalam hubungan ini biasanya promenvendus biasanya didampingi oleh suatu konsultan yang biasanya disebut promotor dan seorang pembantu konsultan yang disebut co-promotor.

Memilih Tema


Pertama-tama yang perlu dipersiapkan sebelum menulis yaitu menentukan tema. Pokok persoalan yang akan ditulis harus jelas agar nantinya di dalam mengerjakannya tidak salah tafsir dan salah dalam mengumpulkan data serta arah tulisan tersebut. Mengenai tema tulisan, memang kadang- kadang kita harus menentukan sendiri tetapi juga tidak jarang yang mendapat pesanan dari pembimbing, lengkap dengan topiknya.

Menurut arti katanya tema berarti subyek atau pokok pembicaraan. Tema adalah suatu pemberitaan yang khusus, sebuah pengalaman, proses, atau sebuah ideo di dalam karya ilmiah (termasuk karya tulis) tema selalu menjadi judul karya tersebut.

Mengenai tema atau pokok persoalan mana yang akan ditulis, sebenarnya sumber-sumber ada di sekitar kita menyediakan bahan yang tidak akan habis untuk kita tulis. Segala sesuatu yang menarik perhatian kita, pengalaman dimasa lampau atau masa kini dapat dijadikan tema tulisan. Beberapa jenis tema yang biasa dipakai dalam penulisan ialah autobiografi, atau tulisan-tulisan yang bersifat deskriptif-neratif lainnya.
Apabila kita memilih tema ekspositoris (yang bersifat informatif) maka tema tersebut akan diuraikan dalam suatu proses, misalnya bagaimana memimpin perusahaan, bagaimana beternak kelinci, bagaimana menanam jamur, dan sebagainya.


Bagi suatu tulisan ilmiah topik haruslah dibatasi, baik ruang lingkup (scope) maupun istilah yang dipakainya semakin sempit ruang lingkup permasalahannya, menjadi semakin menguntungkan karena akan semakin mudah didalam mempertanggung jawabkannya. Di dalam memilih tema hendaknya kita memperhatikan beberapa pedoman seperti dibawah ini :
1. Tema hendaknya sesuai dengan profesi/spesialisasi kita masing-masing.
2. Tema hendaknya dipilih dari masalah yang aktual supaya selalu menarik.
3. Sesuatu tema tulisan hendaknya mempunyai ruang lingkup dan masalah yang terbatas, makin sempit ruang lingkup makin baik.
4. Pilihlah tema yang bahan-bahan mudah diperoleh dan dapat dikuasai.
5. Tiap-tiap istilah yang di anggap penting dalam judul tulisan (yang merupakan cerminan tema) haruslah diberi batasan arti supaya tidak timbul penafsiran yang salah dari pihak lain.

Di pihak lain, tema yang baik haruslah mempunyai ciri-ciri positif sebagai berikut :

1. Kejelasan
Kejelasan merupakan hal yang esensial bagi sebuah tulisan yang baik. Kejelasan dapat dilihat dari ide sentralnya, melalui subordinasinya, maupun kalimat-kalimatnya. Struktur kalimat harus matang dan bervariasi, karena dengan demikian tampak bahwa penulisannya telah memikirkan sematang- matangnya sampai kepada kalimat-kalimatnya.

2. Kesatuan dan Keharmonisan
Sebuah tulisan yang baik harus tetap membatasi dirinya dalam mengemukakan ide tunggal, sehingga karena ia bertolak dari ide tunggal maka pembaca-pembaca justru dapat menyimpulkan karangan itu dalam sebuah kalimat tunggal.

3. Kesalahan yang seeing dibuat adalah mengenai perkembangan.
Kesatuan dapat dicapai dengan beberapa latihan singkat, tetapi membuat perincian sedetil-detailnya merupakan hal yang sangat sulit. Penulis tentu tahu tentang masalah yang ditulisnya, tetapi pembaca belum tentu dapat memahami maksud pengarang. Itulah sebabnya diperlukan adanya perincian-perincian yang konkrit dan teratur dari pokok-pokok persoalan tersebut.

4. Keaslian
Tema yang baik harus mengandung keaslian. Keaslian mungkin terletak pada topiknya, segi pandangannya, tetapi dapat juga terdapat dalam pendekatannya dalam rangkaian kalimat-kalimat atau pilihan judulnya.
Merencanakan Penulisan Ilmiah

Seorang Insiyur teknik sipil yang akan membangun jembatan atau gedung, ia akan membutuhkan sebuah perencanaan yang serius. Demikian Juga seorang penulis sebelum ia melakukan tugasnya hendaklah merencanakan segala sesuatu berkenaan karyanya. Agar pembicaraan menjadi teratur diperlukan suatu susunan atau yang lebih dikenal dengan sistematika. Untuk itu, sebelum mulai menulis baiklah dibuat lebih dahulu garis besar karangan. Garis besar karangan, yang didalam bahasa lnggris disebut 'Outline" yang dianggap sebagai rencana kerja sebelum penulis mulai melangkah. dapat menolong penulis menyusun pikirannya.

Seorang penulis profesional memang tidak membutuhkan lagi garis besar, mereka terus menghadapi mesin ketik dan yang hendak ditulisnya seakan meluncur begitu saja, tanpa tersendat-sendat. Akan tetapi jumlah mereka tidaklah banyak. Pada umumnya kita membutuhkan waktu berhari-hari, bahkan berbulan-bulan untuk melahirkan sebuah karya. Dalam hal ini garis besar sangat menolong sekali, teristimewa lagi bagi penulis pemula. Garis besar, yang boleh dikatakan bagian umum suatu rencana, kelak setelah karya tersebut selesai sejajar dengan isi atau malah menjadi "daftar isi" karangan tersebut.

Kegunaan Garis Besar :
1. Dengan membuat garis besar maka akan kelihatan maksud tulisan tersebut, atau jika maksud tersebut telah ditetapkan dalam pikiran maka kita harus mengarah pada tujuan yang hendak dicapai.
2. Dari garis besar akan kelihatan juga penentuan persoalan dan pembatasannya.
3. Garis-garis juga memberikan kemungkinan untuk kalimat hal-hal apa (misalnya buku-buku bacaan) yang diperlukan untuk menulis, atau hendaknya apa yang diperlukan, serta metode yang sesuai untuk memecahkan persoalan tersebut.
4. Garis besar memungkinkan kita meninjau perimbangan bab-bab atau bagian-bagian dalam karangan tersebut. Kita dapat merencanakan berapa halaman panjangnya, menurut suatu perimbangan yang baik.
5. Garis besar memperlihatkan juga pemecahan persoalan (kesimpulan)
6. Dengan menghadapi sebuah garis besar penulis dapat melihat dengan jelas matei-matei yang diperlukan, serta materi-materi yang telah diperoleh harus dimasukkan dalam bab-bab yang mana. Dengan demikian nantinya sebuah karya ( karangan) akan kelihatan teratur, mempunyai hubungan timbal balik, dan tepat pada sasarannya.

Kita mengenal bermacam-macam garis besar. Namun didalam karangan ini disebutkan dua macam, yaitu garis besar ringkas dan garis besar terurai.
Contoh garis besar terurai :
1. Pengertian koran masuk desa
    a. KMD sebagai sarana informasi, pendidikan, dan sosial kontrol
    b. KMD bukan berarti koran dibagikan pada masyarakat desa
2. KMD ( Koran Masuk Desa) sebagai sarana pembangunan
    a. Usaha merangsang masyarkat pedesaan untuk membangun
    b. Menjadikan desa sebagai subyek
3. KMD sebagai arena promosi pembangunan
    a. Apa yang dimuat dalam KMD
    b. Upaya meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membangun.

Contoh-contoh Garis besar ringkas :
1. KMD - pengertiaannya
    a. Sarana informasi, pendidikan, dan sosial kontrol
    b. Bukan berarti dibagi-bagikan
2. KMD - sebagai pembangunan
    a. Merangsang masyarakat
    b. Menjadikan subyek
3. KMD - arena promosi
    a. Apa yang dimuat
    b. Upaya meningkatkan kesadaran masyarakat.
4. Kesimpulan.
Melihat kedua contoh di atas jelas bahwa antara garis besar terurai dengan garis besar ringkas lebih menguntungkan garis besar terurai. Di satu pihak garis besar terurai merupakan kalimat-kalimat selesai, sehingga nantinya di dalam mengerjakannya tidak akan timbul keragu-raguan lagi. Di pihak lain garis besar ringkas hanya tercantum kepala-kepala persoalan yang memungkinkan kita tidak ingat lagi dalam waktu beberapa hari saja. Itulah sebabnya garis besar terurai di dalam merencanakan karya ilmiahnya.


Oleh sebab itu sebagai penulis katakan di atas bahwa garis besar adalah sesuatu yang dapat menolong pengarang/penulis didalam jalan pikirannya. maka garis besar selamanya dapat diubah. dan kalau perlu dirombak . apabila tidak sesuai dengan jalan pikiran kita. Itulah sebabnya kadang-kadang kita membuat garis besar/outline yang baru setelah karya tersebut selesai kita kerjakan. Sekali lagi jangan dilupakan bahwa garis besar hanyalah alat penolong, bukan tujuan.

Syarat-syarat garis besar yang baik


Sebelum kita melangkah pada masalah bagaimana kita memperoleh data untuk penyusunan penulsan ilmiah. sebaiknya kita membicarakan tentang garis besar outline yang baik. Sebenarnya di dalam membicarakan perencanaan garis besar telah disinggung pula mengenai persyaratan untuk menyusun garis besar. Tetapi untuk mendapatkan gambaran secara khusus maka hal itu akan kita bicarakan secara tersendiri. Lepas dari besar kecilnya garis besar yang dibuat. sebuah garis besar/outline haruslah memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut:

a. Tiap unit (satuan) garis besar harus mengandung hanya satu ide.

Di dalam tiap unit garis besar tidak boleh memiliki lebih dari satu ide pokok. Akibatnya tidak boleh ada pokok yang terdiri atas dua kalimat atau topik. Kalau terjadi maka ide pokok tersebut haruslah dipecah ke dalam dua topik atau dua kalimat. Apabila dua ide pokok tersebut dibiarkan dalam satu unit maka hubungan strukturnya tidak akan tampak jelas. Oleh sebab itu kalau terjadi hal yang demikian maka garis besar tersebut harus segera direvisi (diperbaiki). Bila kedua ide tersebut berada dalam situasi yang setara, maka masing-masingnya harus ditempatkan pada urutan simbol yang sama derajatnya. Namun apabila berbeda maka ide-ide tersebut haruslah ditempatkan dalam simbol yang berbeda derajatnya.
Agar memperoleh gambaran secara nyata maka perhatikan contoh berikut :
Tema
a. Kekerasan hidup
    1. Manusia dalam proses pencarian identitas dirinya.
    2. Kesulitan manusia dalam berhubungan dengan sesamanya.

b. Keingintahuan manusia terhadap segala sesuatu
    1. Segala yang dipikirkan orang lain
    2. Apa yang dirasakan oleh orang lain

c. Pokok-pokok dalam garis besar harus disusun secara logis.
Persoalan-persolan atau fakta-fakta yang dicatat dibawah judul utama haruslah merupakan bawahan langsung dan tidak boleh sama pentingnya dengan judul utamanya. Hal ini dimaksudkan agar pembicaraan dalam bab-bab tersebut mengarah pada sasarannya. Demikian juga tiap pokok tambahan haruslah secara langsung menunjang atau mendukung dan memperkuat pokok yang penting, sehingga urut-urutannya logis.


d. Harus mempergunakan pasangan simbol yang konsisten
Seperti tampak pada contoh-contoh sebelumnya, tiap pokok harus disusun dalam saris vertikal yang berlainan sehingga simbol-simbolnya dapat dikelihatan dengan jelas. Satu hal yang tidak boleh dilakukan yaitu mengubah pasangan tersebut di tengah-tengah saris besar/outline. Pokok- pokok yang mempunyai kepentingan sama harus diberi simbol sama, sedangkan pokok-pokok yang berbeda kepentinganya haruslah diberi simbol yang berbeda.


Untuk melengkapi persyaratan garis besar/outline yang baik maka penulis akan menyajikan contoh garis besar formal. Kalau pada bagian terdahulu telah memamparkan adanya garis besar ringkas dan garis besar terurai, sebenarnya garis besar tersebut merupakan garis besar sementara. Oleh sebab itu garis besar tersebut harus dikongkritkan ke dalam garis besar formal.

Dalam garis besar formal proses perencanaannya hampir sama dengan garis begat sementara. Perencanaannya terletak perumusan tema dengan cermat dan tepat, kemudian dipecah-pecah ke dalam bagian-bagian bawahan (subordinasi) yang harus dikembangkan dapat diperinci ke dalam bagian yang lebih kecil sejauh diperlukan untuk menguraikan persoalan tersebut sejelas-jelasnya.

Tata Tulis Penulis Ilmiah


Dalam ini akan penulis uraikan tentang susunan naskah karya tulis atau laporan kerja atau skripsi itu, terutama dari segi tekniknya. Isinya tentu tergantung pada pokok pilihan (maha-)siswa sendiri. Dalam hal ini penulis tidak akan menyinggung-nyinggung bagaimana meletakkan koma, titik, tanda tanya, serta tanda baca yang lain. Hal itu jelas termasuk dalam bidang Ejaan Yang Disempurnakan, dan menjadi tugas guru bidang studi bahasa Indonesia.

Ketika kita membaca sebuah karya tulis atau karya ilmiah yang lain, kadang-kadang kita menemukan adanya karangan yang kering sekali. Ada kemungkingan juga kurang menimbilkan selera pembaca. Namun ada juga tulisan yang menggunakan bahasa yang memikat, segara, dan menarik perhatian. Oleh sebab itu disamping memeprhatikan segi isi, sebuah karya tulis juga harus memperhatikan gaya bahasa (teknik penyampaian).
Menulis bukan semata-mata sebagai pengungkapan diri, namun juga berarti komunikasi. Dalam hal ini juga harus diperhitungkan juga siapa calon pembaca tulisan kita. Hendaknya diusahakan agar pembaca tidak salah paham di dalam menangkap makna kalimat-kalimat yang kita tampilkan. Apabila tulisan kita tidak dipahami pembaca yang kita tuju maka tulisan kita tidaklah mempunyai arti.

Sebuah tulisan yang berbentuk karya tulis atau skripsi pembacanya terbatas pada lingkungan tertentu. Namun demikian gaya bahasa yang kita pergunakan memberi kemungkinan yang menarik bagi calon pembaca. Kendatipun bagaimana, sebuah gaya bahasa yang hidup dan bertenaga jauh lebih memikat dari padam tulisan yang kering hal pengungkapan. Dalam hal ini bukan hanya apa yang akan kita ungkapkan yang penting, tetapi juga bagaimana cara mengatakannya. Gaya bahasa ini berkaitan erat dengan pribadi pengarangnya.

- Pemilihan Kata-kata


Kata-kata yang akan kita tampilkan dalam sebuah tulisan turut menentukan nilai sebuah tulisan. Sebuah pikiran yang berharga, kadang- kadang menjadi tidak berarti, karena kata-kata yang untuk menjelaskannya tidak atau kurang tepat. Mengenal kata-kata untuk menjelaskan sesuatu, hal ini penting bagi seorang pengarang. Memang kata-kata itu tersusun di dalam kalimat. Namun kata-kata itu juga mempunyai tenaga juga. Tetapi bukan kata-kata yang mentereng yang kita perlukan. perhatikan kutipan di bawah :

Dalam hal ini, tubuh manusia dapatlah diumpamakan sebagai modil. Agar dapat berjalan, mobil membutuhkan bensin, oleh karena bensin merupakan bahan bakar bagi mobil. Begitu juga manusia agar dapat berjalan, bergerak, berlari,dan sebagainya dibutuhkan bahan bakar. Bahan bakar bagi manusia bukanlah bensin seperti modil, melainkan bahan makanan yang cukup mengandung bahan bakar yaiatu bahan makanan yang mengandung karbohidrat dan lemak. Bagi mereka yang pekerjaan sehari-harinya banyak mengeluarkan tenaga yang berat-berat, perlu makanan bahan bakar yang banyak yaitu harus makan makan nasi, jagung, atau ketela.
Sebenarnya apa yang hendak dikatakan penulis adalah sederhana, yaitu manusia pada dasarnya membutuhkan bahan makana yang berupa karbohidrat dan lemak. Hanya itu saja. Tetapi penulis mencoba menhadirkan suasana hidup, dengan menampilkan kata-kata yang metaforis, yang mempersonifikasikan manusia dengan mobil.Sebuah kutipan lagi :

Membicarakan diri seorang anak dihadapannya bersama orang lain, menurut metodik tidak bijaksana. Seorang anak akan merasa terhina kalau mengetahui bahwa kesalahan-kesalahannya disiarkan. Tetapi sebaliknya kalau kebaikan-kebaikannya yang dipamerkan di hadapan orang lain ia akan menjadi sombong sehingga tidak perlu perbaikan lagi. Sebaiknya panggilah anak itu untuk membicarakan kekurangan-kekuranganya tanpa kehadiran orang lain.
Kata-kata yang ditampilkan sederhana, dalam arti bahasa keserasian. Namun makna yang dikandung jelas, tidak membigungkan pembaca. Kalimat- kalimat seperti di atas nampak memikiat karena sebagai pengungkapan pikiran pembaca tidak salah di dalam menafsirkan maknanya.

Dalam hal ini memang tidak dapat dipastikan kalimat yang bagaimana yang hams dipergunakan. Hal ini tergantung pada diri penulisnya. Ada penulis yang senang menggunakan kalimat-kalimat yang menyeret emosi pembaca sehingga membangkitkan gairah pembaca untuk membaca secara keseluruhan. Tetapi ada juga penulis yang senang menampilkan kalimat-kalimat yang mengandung kejelasana arti. Dalam hal ini yang penting bahwa kalimat-kalimat yang dipergunakan harus mengandung kejelasan arti mengingat penulisan ilmiah berbeda dengan karya fiksi.

- Penggunaan Alinea


Dalam satu alinea harus ada satu pikiran utama. Pikiran utama tersebut tercermin di dalam kalimat utama. Sedangkan kalimat-kalimat yang lain dalam alinea tersebut hanyalah berfungsi sebagai kalimat penjelas atau pengembangan. Itulah sebabnya sebuah tulisan lDl berguna untuk memudahkan pembaca di dalam memahami makna tulisan tersebut.

Dalam hall ini yang perlu diingat sekali lagi, bahwa setiap alinea hanya ada satu pikiran utama. Apabila ada pikiran utama yang lain sebaiknya diturunkan kedalam alinea berikutnya. Sedangkan letak kalimat utama tersebut dapat diawal atau di akhir alinea. Hal ini tergantung pada keturunan dan kejelian penulis di dalam mengolah tema tersebut.

- Pembagian Penulisan


Mengerti jenis tulisan berdasarkan fungsinya dan ukuran tulisan yang baik tidak cukup seseorang untuk memulai belajar menulis. la harus tahu juga tentang kaidah tulisan secara umum. Kaidah itu menyangkut struktur tulisan yaitu adanya, pembukaan atau pendahuluan atau pengenalan; inti/pembahasan atau pengembangan; dan penutup atau kesimpulan. Ibarat melakukan suatu perjalanan, seseorang yang akan menulis harus mengetahui terlebih dahulu, kemana ia akan pergi dan melalui jalan mana ia akan mencapai tujuan.

Tiga struktur dalam satu tulisan itu juga dapat di ibaratkan sebagai perjalanan mendaki gunung, pendahuluan merupakan pembuka jalan, makin lama makin mendekati puncak dan kemudian berhenti. Bagian-bagian dalam satu tulisan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Pendahuluan, merupakan pembuka suatu proyek persoalan yang akan dibahas dalam tulisan. la tidak boleh terlalu panjang apalagi memasuki pembahasan pokok persoalan. la hanya merupakan pengenalan ke arah yang akan dituju oleh penulis dalam tulisannya. Di dalam pendahuluan, dilakukan pembatasan masalah dan pengertian-pengertian sehingga pembaca sudah dibawa ke arah tertentu. Perkiraan persentase pendahuluan dari suatu keseluruhan tulisan antara 20 sampai 25 persen.

b. Inti/pembahasan pengembangan merupakan tahap pemasaran pokok persoalan. Bagian in kadangkala di sebut inti, pembahasan atau pengembangan. Penyebutan seperti itu tidak terlalu menjadi soal, yang penting ia dimengerti sebagai bagian yang berisi paparan persoalan pokok. Di bagian ini penulis menjalin gagasan secara sistematis dan logis dan menuangkan seluruh pemikirannya tentang pokok yang dibahas, untuk menuju kepada satu klimaks. Untuk mencapai klimaks, kelancaran ide harus tercermin, mengalir seperti air sungai. Persentase bagian ini antara 60- 70 persen dari seluruh tulisan.

c. Penutup/kesempatan merupakan bagian akhir tulisan yang berisi kesimpulan, saran atau pendapat penulis tentang pokok persoalan yang dikemukakannya sebagai arahan bagi pembaca. Ada dua cara menuliskan penutup. Pertama, penutup yang bersifat terbuka, yaitu dengan memberi peluang atau kesempatan kepada pembaca agar menarik kesimpulan sendiri mengenai pokok persoalan yang dibahas. Kedua, penutup yang bersifat tertutup, yaitu penutup tulisan yang menyodorkan pendapat yang bersifat akhir. Pendapat yang bersifat akhir itu dibuat penulis dan disodorkan kepada pembaca tanpa ada kesempatan bagi pembaca untuk menarik kesimpulan sendiri.


DAFTAR PUSTAKA
Assegaf, Jaffar.1989. Teknik Penulisan Dan Jurnalistik. Bandung :Remaja Karya .
Mangunharjana, AM,1986. Teknik Menambah Dan Mengembangakan Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta : Kanisius.
Sudikan, Yuwana Setya ,1984. Penuntun Penyusunan Karya Ilmiah. Semarang: Aneka Ilmu.
Siregar, Ashadi,1982. Bagaimana Menjadi Penulis Media Massa. Jakarta : Karya Unipers.
Susanto, Astrid,1987. Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : Sinar Harapan.
Vrendenbrect,1984. Metode Dan Teknik Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar